Supaya Jalan Kaki Lebih membakar Kalori:
Sediakan Teh Original Herbal Concentrate, selama berjalan kaki. 1 sdt
original tea, bisa membantu membakar 200 kalori menjadi energi. Badan nggak
loyo, malah bersemangat !
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum
1. Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot
jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang
memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa
henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan
lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam
koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi
dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.
Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih
menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh
yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung
menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat
gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.
Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap
kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh.
Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain
dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu
menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.
2. Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-opoh terhadap stroke pangaruhnya
belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan
hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang
lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke
zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu
perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat
melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko
mereka terserang stroke menurun duapertiga.
3. Berat badan stabil. Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju
metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh
aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar
oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak
terjadi.
4. Menurunkan berat badan juga. Ya, selain berat badan dipertahankan stabil,
mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan
kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di
bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup
laju paling kurang satu jam.
5. Mencegah kencing manis. Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju
sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda
atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang
bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and Gigesive & Kidney
Diseases).
Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu
minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama
gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking),
obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama
manfaatnya dengan obat antidiabetes.
6. Mencegah osteoporosis. Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat,
bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga.
Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh
paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja
untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan
gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari
pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis.
Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium,
sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman
pengeroposan tulang.
7. Meredakan encok lutut. Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika
mengalami encok lutut (osteoarthiris) . Dengan membiasakan diri berjalan kaki
cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut
bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki
perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi
kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri.
Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan
keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia,
ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan
ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga
dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot
tubuh, terlebih pada yang gemuk.
Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan
sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap
mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari atau
melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan
nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko
terkena gangguan sendi.
Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi
lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan
kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan berjalan
kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah sekalipun, bisa memperburuk
kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat beban dan goncangan yang harus
dipikul oleh sendi.
8. Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien
dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat
antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal tarbebas dari depresi
dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.
9. Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki,
setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu,
bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar
lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama
di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki
terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.
Senin, 22 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar