SEKALI MELANGKAH PANTANG MENYERAH SEKALI TAMPIL HARUS BERHASIL JIWA RAGAKU DEMI KEMANUSIAAN

Kamis, 19 Agustus 2010

Briptu Manuel Simanjuntak Tinggalkan Istri Hamil 7 Bulan

Tangis Pristi Hasibuan pecah tatkala mendapat kabar bahwa suaminya,Brigadir Polisi Satu (Briptu) Manuel Simanjutak, meninggal di tangan perampok kemarin.Perempuan berusia 25 tahun yang tengah mengandung tujuh bulan itu pun terkulai lemas.

BAGAIMANA hatinya tak teriris, janin yang sedang tumbuh kembang itu merupakan buah hati pertamanya bersama Manuel yang dinanti-nantikan sejak menikah Agustus 2008 silam. Perempuan berkulit kuning langsat itu berkali-kali meraung memanggil nama sang suami yang terbujur kaku di Rumah Sakit Bhayangkara, Jalan KH Wahid Hasyim, Medan kemarin.

Dengan suara terbata-bata,Pristi mengaku tak menyangka suami tercintanya meninggalkannya begitu cepat. Briptu Manuel Simanjuntak tewas setelah tertembus dua peluru yang ditembakkan kawanan perampok berjumlah 16 orang. Kawanan perampok itu juga menembak dua satpam,Muhdiantoro, 34,dan Muhammad Sazli Fahmi,28, saat beraksi di Kantor Cabang Pembantu Bank CIMB Niaga di Jalan AR Hakim, Medan, Sumatera Utara, kemarin.

Tak hanya Pristi, seluruh kerabat juga merasa kehilangan sosok lelaki yang dianggap bertanggung jawab dalam bertugas maupun membina keluarga itu. Ayah Pristi,Sahut Hasibuan,48, mengatakan,menantunya tersebut baru tiga pekan ditugaskan menjaga keamanan di Bank CIMB Niaga. Di mata dia, Manuel adalah seorang pekerja keras. Sahut semakin luruh saat tahu menantunya itu meninggal dua hari setelah merayakan hari ulang tahun ke-28.

Manuel tercatat lahir 16 Agustus 1982. “Istrinya juga masih hamil pertama dan sudah berusia tujuh bulan. Kasihan menantuku ini belum sempat melihat anaknya lahir,”imbuhnya. Kepergian Manuel,kata Sahut, sempat meninggalkan firasat. Sang menantu yang jarang duduk bersamanya tiba-tiba memilih berbincang berdampingan malam sebelum kepergiaannya.

Meski tak berpesan khusus, Sahut menyatakan menantunya sempat berujar, jika nanti anak dalam kandungan istrinya lahir berjenis kelamin lakilaki, dia ingin anaknya menjadi polisi juga.“Agar bisa jadi penerus ayahnya,” ucapnya. Rasa sedih juga ditunjukkan keluarga Muhdiantoro. Pria yang akrab disapa Toro itu dikenal sebagai pribadi yang supel dan periang. Adik Toro,Joko,30,yang ditemui di RSU dr Pirngadi Medan mengaku sedih melihat kondisi abangnya.

Apalagi lajang yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara itu tidak memberikan firasat apa pun.“Dia seperti biasa, tadi subuh sahur dan siap-siap kerja,”ujarnya. Joko mengaku tahu kakaknya dalam kondisi kritis di RSU dr Pirngadi dari seorang pegawai bank yang meneleponnya. “Keluarga kami ditelepon pukul 12.30 WIB,makanya tahu saat ini ibu saya belum dikasih tahu, takut ibu shock. Saya berharap abang saya cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa,”kata Joko.

Muhdiantoro kritis karena luka di perut dan sikunya terus mengeluarkan darah.Setelah melakukan scanning dan foto di Ruang Radiologi diketahui bahwa ada peluru di pergelangan tangan kanan korban tembusan dari siku kanan. “Ginjal sebelah kanan rusak akibat terkena peluru.

Di bagian lengan kanan, peluru sudah berjalan dari siku menuju pergelangan tangan,” ujar Kabag Hukum dan Humas RSU dr Pirngadi Medan, Edison Peranginangin. Adapun satpam lainnya,Muhammad Sazli Fahmi, 28, yang dirawat di RS Pertama Bunda meski sadar enggan berbicara kepada media. Dari pemeriksaan dokter spesialis bedah rumah sakit tersebut, di bahu Sazli tidak ada peluru tertinggal.

Tidak ada komentar: